Buat kalian para muslim, terkadang kalian sering lupa akan sejarah Nabi besar kita, sama saya juga terkadang lupa. untuk itu ayo kalian baca sejarahnya ..
Kisah Kehidupan Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم dan Para Sahabat رضي الله عنهم
Dan orang-orang yang terdahulu; yang
mula-mula dari orang-orang “Muhajirin” dan “Ansar” (berhijrah dan memberi
bantuan), dan orang-orang yang menurut (jejak langkah) mereka dengan kebaikan
(iman dan taat), Allah reda kepada mereka dan mereka pula reda kepada Nya,
serta Dia menyediakan untuk mereka syurga-syurga yang mengalir di bawahnya
beberapa sungai, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya; itulah kemenangan
yang besar. (Surah At-Taubah, Ayat 100)
· Abu Hurairah r.a meriwayatkan bahawa
Rasulullah s.a.w telah bersabda: "Tidaklah kalian masuk surga hingga
kalian beriman. Dan tidaklah kalian beriman hingga saling menyayangi antara
satu sama lain. Mahukah kalian aku tunjukkan suatu amalan yang jika kalian
kerjakan niscaya kalian akan saling menyayangi antara satu sama lain?
Sebarkanlah salam sebanyak-banyaknya diantara kalian" - (Muslim)
MUHAMMAD
Nabi
dan rasul terakhir yang diutus oleh Allah Swt. adalah Nabi Muhammad s.a.w.
(Q.33:40). Ia dipilih menjadi nabi dan rasul pada usia 40 tahun. Ia
menyampaikan risalah kenabian kepada kaumnya selama 22 tahun 2 bulan dan 22
hari. Muhammad dilahirkan di Mekah. Kakeknya, Abdul Muttalib, menamainya Muhammad
(orang terpuji), sebuah nama yang belum pernah digunakan dan dikenal
sebelumnya. Ketika lahir, Muhammad telah menjadi anak yatim. Ayahnya, Abdullah,
wafat sebelum ia lahir. Ketika berusia 6 tahun, Muhammad sudah menjadi yatim
piatu. Ibunya, Aminah binti Wahab, meninggal dunia dalam perjalanan pulang dari
Yatsrib, setelah berziarah ke kuburan suaminya. Kemudian, Muhammad diasuh oleh
Abdul Muttalib. Sebelum Muhammad berusia 8 tahun, kakeknya wafat. Pamannya, Abi
Talib, lalu mengambil alih tanggung jawab mengasuh Muhammad.
TANDA KENABIAN
Sejak
bayi, tanda- tanda kenabian telah tampak pada diri Muhammad. Pada usia 5 bulan
ia sudah bisa berjalan, dan pada usia 9 bulan sudah pandai berbicara. Pada usia
2 tahun, ia sudah bisa dilepas bersama anak- anak Halimah binti Abi Dua'ib, ibu
susunya, untuk menggembala kambing. Pada usia inilah ia didatangi oleh dua
malaikat. Mereka membuka baju Muhammad, membelah dadanya dan menyiramkan air ke
dalamnya untuk mencuci hatinya agar senantiasa bersih. Kemudian mereka menutup
dada Muhammad kembali tanpa bekas ataupun luka.
TAHUN GAJAH
Ada
suatu peristiwa yang mendahului kelahiran Muhammad. Peristiwa itu menjadi
pertanda bahwa Allah Swt. melindungi agama yang akan dibawa Muhammad. Tahun
terjadinya peristiwa itu disebut Tahun Gajah, karena pada tahun itu pasukan
gajah yang dipimpin Abrahah, penguasa Habasyah (kini Ethiopia), menyerbu kota
Mekah untuk menghancurkan Ka'bah. Abrahah ingin mengambil alih peranan kota
Mekah dengan Ka'bahnya sebagai pusat perekonomian dan peribadatan bangsa Arab.
Sebelumnya, Abrahah sudah membangun al- Qulles, sebuah rumah ibadah megah di
Yaman, sebagai pengganti Ka'bah.
BUHAIRAH
Pada
usia 12 tahun, Muhammad mengikuti kafilah pamannya ke Suriah. Sepanjang
perjalanan di gurun, mereka dinaungi awan sehingga tidak kepanasan. Di Busra,
kafilah ini bertemu dengan seorang pendeta Kristen bernama Buhairah yang
meyakini bahwa Muhammad adalah calon nabi yang ditunjuk Allah Swt.
AL-AMIN
Muhammad
tumbuh menjadi seorang pemuda yang jujur dan berbudi pekerti luhur. Melalui
Hilful-Fudul dan kegiatannya membantu pamannya berdagang, nama Muhammad makin
terkenal sebagai seorang yang terpercaya. Karena kejujurannya, ia mendapat
gelar al- Amin, yang berarti orang yang terpercaya. Para pemimpin Mekah juga
pernah mempercayai Muhammad untuk menyelesaikan perselisihan mereka, dengan
memimpin peletakan Hajar Aswad, saat perbaikan Ka'bah yang rusak akibat banjir.
HILFUL-FUDUL
Pada
usia 15 tahun, saat terjadi Perang Fijar antara suku Kuraisy dan suku Hawazin,
Muhammad membantu mempersiapkan anak panah untuk paman- pamannya yang hendak
berperang. Akibat perang ini, para pemimpin beberapa suku Kuraisy mengadakan
rapat untuk menetapkan aturan perlindungan untuk mencegah kelaliman terhadap
penduduk kota maupun pendatang asing. Mereka sepakat membuat sebuah organisasi
bernama Hilful-Fudul (persekutuan kebajikan). Lembaga ini bertugas membantu
orang miskin dan teraniaya. Muhammad ikut dalam lembaga ini saat berusia 20
tahun. Di lembaga ini, sifat kepemimpinannya mulai tampak.
KHADIJAH
Pada
usia 25 tahun Muhammad menikah dengan Khadijah binti Khuwailid yang berusia 40
tahun. Khadijah adalah seorang pengusaha yang mempercayai Muhammad untuk menjajakan
dagangannya ke Suriah. Karena kejujuran Muhammad, Khadijah menaruh hati padanya
dan menikahinya. Pasangan Khadijah- Muhammad dikaruniai 2 putra (Qasim serta
Abdullah) dan 4 putri (Zainab, Rukayyah, Ummu Kalsum, dan Fatimah). Khadijah
adalah wanita pertama yang masuk Islam. Ia meninggal pada usia 65 tahun,
setelah 25 tahun menikah dengan Muhammad.
UMMUL MUKMININ
1.
Khadijah binti Khuwailid
2.
Saudah binti Zam'ah
3.
Aisyah binti Abu Bakar as-Siddiq
4.
Zainab binti Huzaimah
5.
Juwairiyah binti Haris
6.
Sofiyah binti Hay
7.
Hindun binti Abi Umaiyah
8.
Ramlah binti Abu Sufyan
9.
Hafsah binti Umar bin Khattab
10.
Zainab binti Jahsyi
11.
Maimunah binti Haris
RIWAYAT MUHAMMAD
Kisah
Muhammad sangat banyak disebut dalam Al- Qur'an. Nama Muhammad disebut 4 kali
dan dijadikan salah satu nama surat ke-47, yang diambil dari perkataan Muhammad
pada ayat ke-2. Adapun nama Ahmad disebut sekali. Riwayat Muhammad diketahui
melalui penuturan para sahabat dan ditulis oleh banyak ahli dari berbagai
disiplin ilmu. Oleh Michael H. Hart, penulis buku Seratus Tokoh yang paling
Berpengaruh dalam Sejarah, Muhammad ditempatkan pada urutan pertama orang yang
berpengaruh dalam sejarah manusia.
WAHYU PERTAMA
Menjelang
usia 40 tahun, Muhammad sering menyendiri dan bertafakur di Gua Hira. Gua ini
terletak di Bukit Hira, sekitar 6 km di sebelah timur laut kota Mekah.
Tingginya 155 cm dan bisa memuat 4 orang. Di gua ini Muhammad beribadah
sepanjang Ramadan. Di gua ini pula Muhammad menerima wahyu pertamanya pada
tanggal 17 Ramadan 12 SH/6 Agustus 610 M. Malaikat Jibril menemui dan
menyuruhnya membaca wahyu Allah (Q.96:1-5).
DAKWAH
Ada
dua tahap dakwah yang dilakukan Muhammad. Pertama, dakwah secara diam-diam
selama 3 tahun. Keluarga dan sahabat Nabi yang masuk Islam pada tahap ini
antara lain Khadijah, Abu Bakar as-Siddiq, dan Ali bin Abi Talib. Kedua, dakwah
secara terang-terangan, yang dilakukan Nabi setelah turun perintah Allah
(Q.15:94). Dakwah ini berlangsung hingga Nabi wafat. Banyak sahabat yang
memeluk Islam pada masa ini, antara lain Umar bin Khattab dan Usman bin Affan.
AKSI MENENTANG DAKWAH
Kaum
musyrik Kuraisy tak mampu menghentikan dakwah Muhammad. Berbagai cara mereka
lakukan, tapi hasilnya tetap nihil. Mereka lalu mengutus 10 orang untuk menemui
Abi Talib dan meminta agar ia mau membujuk keponakannya berhenti berdakwah.
Namun Muhammad menolak permintaan tersebut. Melihat keteguhan hati Muhammad,
Abi Talib akhirnya mendukung keputusan keponakannya itu dan berjanji untuk
selalu melindunginya dari ancaman
orang
Kuraisy.
TAHUN DUKA CITA
Muhammad
benar-benar sedih ketika Abi Talib yang menjadi pelindung utamanya wafat pada
bulan Ramadan 2 SH, dalam usia 87 tahun. Belum hilang kesedihannya, Khadijah,
istrinya yang ia cintai dan selalu mendampinginya dalam perjuangan, juga
meninggal dunia. Muhammad sangat sedih dengan wafatnya kedua orang yang menjadi
pembela risalahnya itu. Karena itu, tahun ke- 10 kenabian ini disebut 'Am
al-Huzn (tahun duka cita).
ISRA MIKRAJ
Pada
tahun ke-10 kenabian, terjadi peristiwa Isra Mikraj. Allah Swt. memperjalankan
Nabi Saw. pada malam hari (Isra) dari Masjidilharam di Mekah ke Masjidilaksa di
Yerusalem, kemudian membawanya naik (mikraj) ke langit agar bisa menyaksikan
kekuasaan Allah Swt. (Q.17:1). Dalam kesempatan mi'raj itulah Nabi menerima
perintah dari Allah Swt. berupa kewajiban menjalankan salat lima waktu.
TA'IF
Gangguan
kaum Kuraisy terhadap Muhammad semakin menjadi-jadi setelah paman dan istrinya
wafat. Pada bulan Syawal tahun ke-10 kenabian, Muhammad pergi ke luar kota
Mekah menuju Ta'if (65 km sebelah tenggara Mekah) bersama anak angkatnya, Zaid
bin Harisah, untuk menyebarkan dakwah. Selama sepuluh hari, Nabi Saw. menemui
para pemuka Bani Saqif. Namun kehadiran Nabi di sana ditolak oleh mereka.
IKRAR AQABAH
Suatu
saat Nabi bertemu dengan enam orang suku Aus dan Khazraj dari Yatsrib. Nabi
menggunakan kesempatan ini untuk memperkenalkan agama Islam. Mereka pun lalu
menyatakan masuk Islam di hadapan Nabi. Setelah pulang ke Yatsrib, mereka
memberitahukan hal tersebut kepada penduduk lainnya. Pada musim haji
berikutnya, datanglah delegasi suku Aus dan Khazraj menemui Nabi di Aqabah.
Mereka menyatakan ikrar kesetiaan kepada Nabi, yang kemudian dikenal dengan
Ikrar Aqabah. Mereka juga meminta agar Nabi bersedia pindah ke Yatsrib untuk
menghindari gangguan orang Kuraisy. Mereka berjanji akan membela Nabi dari
segala ancaman.
RENCANA MEMBUNUH NABI
Sebelum
hijrah ke Yatsrib, kaum Kuraisy berencana membunuh Nabi. Tapi rencana jahat itu
ketahuan sebelum terlaksana. Ketika mereka mengepung rumah Nabi, mereka hanya
menemukan Ali bin Abi Talib di tempat tidur Nabi, sementara Nabi dan Abu Bakar
sudah pergi. Ketika kaum Kuraisy mengejar, Nabi dan Abu Bakar bersembunyi di
Gua Sur. Setelah aman barulah mereka melanjutkan perjalanan ke Yatsrib.
HIJRAH KE MADINAH
Dua
belas tahun sudah Nabi berdakwah, tapi kaum Kuraisy tetap belum mau menerima
risalah kenabiannya. Maka Nabi hijrah ke Yatsrib. Setelah Nabi hijrah, kota
Yatsrib kemudian dikenal dengan sebutan Madinah an-Nabi (kota Nabi) atau
Madinah al- Munawwarah (kota yang bercahaya).
MASJID QUBA
Sebelum
sampai di Madinah, Nabi dan Abu Bakar singgah di Quba, sebuah desa yang
jaraknya 10 km dari Madinah. Nabi tinggal di sana selama beberapa hari, sambil
menunggu kedatangan Ali bin Abi Talib dari Mekah. Di desa ini, Nabi membangun
Masjid Quba. Inilah masjid pertama yang dibangun oleh Nabi Saw. sebagai pusat
peribadatan. Peristiwa ini terjadi pada tahun ke-12 kenabian Muhammad.
PIAGAM MADINAH
Di
Madinah, Nabi memimpin penataan dan peletakan dasar- dasar kehidupan bagi kaum
muslim dan penduduk Madinah dalam beberapa langkah. Pertama, mempererat tali
ukhuwah Islamiah (persaudaraan Islam) antara kaum Muhajirin dan Ansar yang
sudah masuk Islam. Kedua, membangun Masjid Nabawi, sebagai tempat untuk
mewujudkan rasa persaudaraan itu. Ketiga, mengikat tali persaudaraan dengan
komunitas lain yang tidak beragama Islam, yaitu kaum Yahudi, Nasrani, dan Majusi.
Ikatan hubungan itu terwujud dalam perjanjian yang disebut dengan Misaq Madinah
(Piagam Madinah). Dengan dasar-dasar itu, masyarakat Madinah bisa disebut
sebagai sebuah negara, dengan Nabi Muhammad sebagai kepala negara.
IZIN PERANG
Kendati
Nabi dan pengikutnya sudah hijrah ke Madinah, orang Kuraisy terus mengganggu
mereka. Sementara itu kaum Yahudi di Madinah iri melihat kondisi militer,
politik, dan ekonomi kaum muslim semakin baik. Mereka lantas bersekongkol
dengan kaum Kuraisy untuk melumpuhkan kaum muslim. Karena kaum muslim semakin
terancam, Allah mengizinkan mereka untuk berperang (Q.22:39-41). Setelah
mendapat izin Allah Swt., Nabi dan kaum muslim lalu memerangi orang Kuraisy dan
Yahudi. Ada beberapa peperangan yang dipimpin Nabi, misalnya Perang Badr,
Perang Uhud, Perang Khandaq (parit), dan Fath Makkah.
PERJANJIAN HUDAIBIYAH
Pada
tahun ke-6 hijrah, Nabi bermimpi memasuki kota Mekah dan bertawaf (mengelilingi
Ka'bah). Mimpi itu disampaikan kepada para sahabat. Saat itu pula, Nabi mengumumkan
kepada kaum muslim untuk menunaikan ibadah haji di Mekah. Namun kaum musyrik
Kuraisy menghalang- halangi mereka. Kaum Kuraisy kemudian mengutus Suhayl bin
Amr untuk bertemu dengan Nabi dan membuat perjanjian perdamaian. Nabi dan
Suhayl menyepakati syarat- syarat perdamaian itu. Kalimat perjanjian ditulis
oleh Ali bin Abi Talib, atas perintah Nabi. Perjanjian itu dikenal dengan nama
Perjanjian Hudaibiyah.
ISI PERJANJIAN HUDAIBIYAH
Kaum
muslim dan kaum Kuraisy mengadakan gencatan senjata selama 10 tahun. Jika ada
kaum Kuraisy yang menyeberang ke pihak Nabi tanpa seizin walinya, ia harus
dikembalikan kepada mereka, tapi jika pengikut Muhammad menyeberang ke pihak
musyrik Kuraisy, ia tidak akan dikembalikan kepada Muhammad. Kabilah-kabilah
Arab bebas bersekutu dengan Muhammad ataupun dengan orang Kuraisy. Pada tahun
tersebut (6H), Nabi dan rombongan harus kembali ke Madinah dan tidak boleh
masuk ke Mekah. Mereka juga harus menunda ibadah haji hingga tahun berikutnya,
dengan syarat tidak akan tinggal di Mekah lebih dari tiga hari dan tidak
membawa senjata selain pedang di dalam sarungnya.
'UMRAH AL-QADA'
Setahun
setelah Perjanjian Hudaibiyah ditandatangani, Nabi dan kaum muslim dapat
memasuki kota Mekah untuk beribadah haji di Ka'bah. Kaum musyrik Kuraisy
membiarkan mereka tinggal di Mekah selama tiga hari. Kesempatan ini digunakan
oleh Nabi dan kaum muslim untuk menunaikan umrah, yang disebut 'Umrah al-Qada',
pengganti umrah yang tidak terlaksana pada tahun sebelumnya karena dilarang
kaum musyrik Kuraisy.
PENYEBARAN ISLAM
Perjanjian
Hudaibiyah menciptakan suasana tenang dan aman. Enam bulan setelah perjanjian
itu Nabi berdakwah kepada para penguasa di sekitar Arab, dengan cara
mengirimkan surat, antara lain kepada penguasa Iran, Mesir, Abessinia, Persia
dan Romawi (Bizantium). Surat Nabi seluruhnya berjumlah sekitar 105 buah.
Namun, tidak semua teks surat itu disalin lengkap. Surat itu berisi seruan
untuk masuk Islam. Setiap surat dicap dengan stempel dari perak yang diukir
dengan tiga baris kata: Muhammad, Rasul, Allah.
FATH MAKKAH
Suatu
saat kaum Kuraisy melanggar Perjanjian Hudaibiyah dengan membantu sekutu mereka
menyerang sekutu kaum muslim. Mengetahui hal itu, Nabi segera menyiapkan
sepuluh ribu pasukan muslim untuk berangkat ke Mekah. Pasukan muslim memasuki
kota Mekah tanpa perlawanan dari kaum Kuraisy. Peristiwa itu disebut Fath
Makkah (pembebasan Mekah). Di Mekah, Nabi menghancurkan berhala-berhala di
sekeliling Ka'bah. Setelah itu Nabi menyuruh Bilal menyerukan azan dari atas
Ka'bah. Kemudian mereka mendirikan salat berjemaah dengan dipimpin oleh
Rasulullah Saw.
HAJI WADA'
Pada
tahun ke-10 Hijrah, Nabi menunaikan ibadah haji. Beliau berangkat ke Mekah pada
28 Zulkaidah, setelah menunjuk Abu Dujanah sebagai wakilnya di Madinah. Pada 4
Zulhijah, Nabi tiba di Mekah, dan langsung masuk ke Masjidilharam melalui pintu
Bani Syaibah, serta melakukan tawaf dan sai. Pada 8 Zulhijah, Nabi berangkat ke
Mina dan tinggal di sana hingga terbit fajar. Pada pagi hari 9 Zulhijah, Nabi
berangkat ke Arafah dengan diikuti oleh sekitar 100.000 jemaah. Pada ibadah
haji wada' (wadak) ini turun firman Allah Swt. (Q.5:3) yang menandakan bahwa
Allah Swt. telah menyempurnakan agama Islam kepada umat-Nya dan telah
mencukupkan nikmat- Nya. Perjalanan haji ini kemudian disebut Haji wadak (haji
perpisahan), karena beberapa bulan setelah ibadah haji itu Nabi wafat.
WAFAT
Dua
bulan setelah menunaikan ibadah Haji Wadak, Nabi menderita demam. Badannya
mulai lemah. Meskipun demikian ia tetap memimpin salat berjemaah. Namun setelah
merasa sangat lemah, ia menunjuk Abu Bakar menjadi penggantinya sebagai imam
salat. Setelah beberapa hari sakit, Nabi dipanggil ke haribaan Allah Swt. pada
tanggal 12 Rabiulawal 11 H atau 8 Juni 632 M. Nabi wafat dalam usia 63 tahun.
Abu Bakar as-Siddiq kemudian ditunjuk oleh kaum Muhajirin dan Ansar sebagai
Khalifah ar-Rasul (pengganti Rasul).
UMMUL MUKMININ
Setelah
Khadijah wafat, Muhammad menikah lagi sepuluh kali. Kesebelas istri Nabi
disebut Ummul Mukminin (ibu orang- orang beriman). Nabi menikahi para wanita
tersebut karena beberapa alasan, antara lain untuk melindunginya dari tekanan
kaum musyrik, membebaskannya dari status tawanan perang, mengangkat derajatnya,
dan menciptakan perdamaian dengan suku dari wanita yang dinikahi oleh Nabi.
NABI MUHAMMAD SAW.
570
Lahir di Mekah pada tanggal 12 Rabiulawal Tahun Gajah atau tanggal 20 April
595
Menikah dengan Khadijah binti Khuwailid
610
Menerima wahyu pertama
617
Tahun Duka Cita ('Am al-Huzn). Abi Talib dan Khadijah wafat 619 Berdakwah ke Ta'if
621
Isra Mikraj
622
Hijrah ke Madinah
624
Perang Badr
625
Perang Uhud
626
Perang Khandaq
628
Perjanjian Hudaibiyah
629
Menunaikan 'Umrah al-Qada'
630
Pembebasan kota Mekah oleh kaum muslim
631
Tahun Perutusan ('Am al-Bi'sah). Beberapa tokoh dan delegasi dari berbagai
penjuru datang untuk menyatakan keislaman mereka
632
Haji Wada'. Nabi Muhammad wafat pada tanggal 12 Rabiulawal 11 H atau tanggal 8
Juni.
MUKJIZAT
Nabi
Muhammad dikaruniai sekitar 50 mukjizat. Dari sekian banyak mukjizat itu, Al-
Qur'an merupakan mukjizat Nabi yang paling besar pengaruhnya bagi Islam dan
dijadikan pegangan hidup bagi setiap muslim. Tidak ada yang dapat menyamai isi
Al- Qur'an hingga kini (Q.11:13). Mu'jizat-mu'jizat Nabi yang lain, misalnya:
Nabi dapat mengetahui isi hati lawan, tubuhnya menebarkan bau harum, bumi patuh
atas perintahnya, dan Nabi bisa mengeluarkan susu dari seekor kambing kurus.
FIZIKAL NABI
Telah dikeluarkan oleh Ya'kub bin Sufyan Al-Faswi dari Al-Hasan bin Ali ra. katanya: Pernah aku menanyai pamanku (dari sebelah ibu) Hind bin Abu Halah, dan aku tahu baginda memang sangat pandai mensifatkan perilaku Rasulullah SAW, padahal aku ingin sekali untuk disifatkan kepadaku sesuatu dari sifat beliau yang dapat aku mencontohinya, maka dia berkata:
Adalah Rasulullah SAW itu seorang yang agung yang senantiasa diagungkan, wajahnya berseri-seri layak bulan di malam purnamanya, tingginya cukup tidak terialu ketara, juga tidak terlalu pendek, dadanya bidang, rambutnya selalu rapi antara lurus dan bergelombang, dan memanjang hingga ke tepi telinganya, lebat, warnanya hitam, dahinya luas, alisnya lentik halus terpisah di antara keduanya, yang bila baginda marah kelihatannya seperti bercantum, hidungnya mancung, kelihatan memancar cahaya ke atasnya, janggutnya lebat, kedua belah matanya hitam, kedua pipinya lembut dan halus, mulutnya tebal, giginya putih bersih dan jarang-jarang, di dadanya tumbuh bulu-bulu yang halus, tengkuknya memanjang, berbentuk sederhana, berbadan besar lagi tegap, rata antara perutnya dan dadanya, luas dadanya, lebar antara kedua bahunya, tulang belakangnya besar, kulitnya bersih, antara dadanya dan pusatnya dipenuhi oleh bulu-bulu yang halus, pada kedua teteknya dan perutnya bersih dari bulu, sedang pada kedua lengannya dan bahunya dan di atas dadanya berbulu pula, lengannya panjang, telapak tangannya lebar, halus tulangnya, jari telapak kedua tangan dan kakinya tebal berisi daging, panjang ujung jarinya, rongga telapak kakinya tidak menyentuh tanah apabila baginda berjalan, dan telapak kakinya lembut serta licin tidak ada lipatan, tinggi seolah-olah air sedang memancar daripadanya, bila diangkat kakinya diangkatnya dengan lembut (tidak seperti jalannya orang menyombongkan diri), melangkah satu-satu dan perlahan-lahan, langkahnya panjang-panjang seperti orang yang melangkah atas jurang, bila menoleh dengan semua badannya, pandangannya sering ke bumi, kelihatan baginda lebih banyak melihat ke arah bumi daripada melihat ke atas langit, jarang baginda memerhatikan sesuatu dengan terlalu lama, selalu berjalan beriringan dengan sahabat-sahabatnya, selalu memulakan salam kepada siapa yang ditemuinya.
KEBIASAAN NABI
Kataku pula: Sifatkanlah kepadaku mengenai kebiasaannya!Jawab pamanku: Adalah Rasulullah SAW itu kelihatannya seperti orang yang selalu bersedih, senantiasa banyak berfikir, tidak pernah beristirshat panjang, tidak berbicara bila tidak ada keperluan, banyak diamnya, memulakan bicara dan menghabiskannya dengan sepenuh mulutnva, kata-katanya penuh mutiara mauti manikam, satu-satu kalimatnya, tidak berlebih-lebihan atau berkurang-kurangan, lemah lembut tidak terlalu kasar atau menghina diri, senantiasa membesarkan nikmat walaupun kecil, tidak pernah mencela nikmat apa pun atau terlalu memujinya, tiada seorang dapat meredakan marahnya, apabila sesuatu dari kebenaran dihinakan sehingga dia dapat membelanya.
Dalam riwayat lain, dikatakan bahwa baginda menjadi marah kerana sesuatu urusan dunia atau apa-apa yang bertalian dengannya, tetapi apabila baginda melihat kebenaran itu dihinakan, tiada seorang yang dapat melebihi marahnya, sehingga baginda dapat membela kerananya. Baginda tidak pernah marah untuk dirinya, atau membela sesuatu untuk kepentingan dirinya, bila mengisyarat diisyaratkan dengan semua telapak tangannya, dan bila baginda merasa takjub dibalikkan telapak tangannya, dan bila berbicara dikumpulkan tangannya dengan menumpukan telapak tangannya yang kanan pada ibu jari tangan kirinya, dan bila baginda marah baginda terus berpaling dari arah yang menyebabkan ia marah, dan bila baginda gembira dipejamkan matanya, kebanyakan ketawanya ialah dengan tersenyum, dan bila baginda ketawa, baginda ketawa seperti embun yang dingin.
Berkata Al-Hasan lagi: Semua sifat-sifat ini aku simpan dalam diriku lama juga. Kemudian aku berbicara mengenainya kepada Al-Husain bin Ali, dan aku dapati ianya sudah terlebih dahulu menanyakan pamanku tentang apa yang aku tanyakan itu. Dan dia juga telah menanyakan ayahku (Ali bin Abu Thalib ra.) tentang cara keluar baginda dan masuk baginda, tentang cara duduknya, malah tentang segala sesuatu mengenai Rasulullah SAW itu.
RUMAH NABI
Berkata Al-Hasan ra. lagi: Aku juga pernah menanyakan ayahku tentang masuknya Rasulullah SAW lalu dia menjawab: Masuknya ke dalam rumahnya bila sudah diizinkan khusus baginya, dan apabila baginda berada di dalam rumahnya dibagikan masanya tiga bagian. Satu bagian khusus untuk Allah ta'ala, satu bagian untuk isteri-isterinya, dan satu bagian lagi untuk dirinya sendiri. Kemudian dijadikan bagian untuk dirinya itu terpenuh dengan urusan di antaranya dengan manusia, dihabiskan waktunya itu untuk melayani semua orang yang awam maupun yang khusus, tiada seorang pun dibedakan dari yang lain.
Di antara tabiatnya ketika melayani ummat, baginda selalu memberikan perhatiannya kepada orang-orang yang terutama untuk dididiknya, dilayani mereka menurut kelebihan diri masing-masing dalam agama. Ada yang keperluannya satu ada yang dua, dan ada yang lebih dari itu, maka baginda akan duduk dengan mereka dan melayani semua urusan mereka yang berkaitan dengan diri mereka sendiri dan kepentingan ummat secara umum, coba menunjuki mereka apa yang perlu dan memberitahu mereka apa yang patut dilakukan untuk kepentingan semua orang dengan mengingatkan pula: "Hendaklah siapa yang hadir menyampaikan kepada siapa yang tidak hadir. Jangan lupa menyampaikan kepadaku keperluan orang yang tidak dapat menyampaikannya sendiri, sebab sesiapa yang menyampaikan keperluan orang yang tidak dapat menyampaikan keperluannya sendiri kepada seorang penguasa, niscaya Allah SWT akan menetapkan kedua tumitnya di hari kiamat", tiada disebutkan di situ hanya hal-hal yang seumpama itu saja.
Baginda tidak menerima dari bicara yang lain kecuali sesuatu untuk maslahat ummatnya. Mereka datang kepadanya sebagai orang-orang yang berziarah, namun mereka tiada meninggalkan tempat melainkan dengan berisi. Dalam riwayat lain mereka tiada berpisah melainkan sesudah mengumpul banyak faedah, dan mereka keluar dari majelisnya sebagai orang yang ahli dalam hal-ihwal agamanya.
LUARAN NABI
Berkata Al-Hasan r.a. lagi: Kemudian saya bertanya tentang keadaannya di luar, dan apa yang dibuatnya? Jawabnya: Adalah Rasulullah SAW ketika di luar, senantiasa mengunci lidahnya, kecuali jika memang ada kepentingan untuk ummatnya. Baginda selalu beramah-tamah kepada mereka, dan tidak kasar dalam bicaranya. Baginda senantiasa memuliakan ketua setiap suku dan kaum dan meletakkan masing-masing di tempatnya yang layak. Kadang-kadang baginda mengingatkan orang ramai, tetapi baginda senantiasa menjaga hati mereka agar tidak dinampakkan pada mereka selain mukanya yang manis dan akhlaknya yang mulia. Baginda selalu menanyakan sahabat-sahabatnya bila mereka tidak datang, dan selalu bertanyakan berita orang ramai dan apa yang ditanggunginya. Mana yang baik dipuji dan dianjurkan, dan mana yang buruk dicela dan dicegahkan.
Baginda senantiasa bersikap pertengahan dalam segala perkara, tidak banyak membantah, tidak pernah lalai supaya mereka juga tidak suka lalai atau menyeleweng, semua perkaranya baik dan terjaga, tidak pernah meremehkan atau menyeleweng dari kebenaran, orang-orang yang senantiasa mendampinginya ialah orang-orang paling baik kelakuannya, yang dipandang utama di sampingnya, yang paling banyak dapat memberi nasihat, yang paling tinggi kedudukannya, yang paling bersedia untuk berkorban dan membantu dalam apa keadaan sekalipun.
MAJLIS NABI
Berkata Al-Hasan ra. lagi: Saya lalu bertanya pula tentang majelis Nabi SAW dan bagaimana caranya ? Jawabnya: Bahwa Rasulullah SAW tidak duduk dalam sesuatu majelis, atau bangun daripadanya, melainkan baginda berzikir kepada Allah SWT baginda tidak pernah memilih tempat yang tertentu, dan melarang orang meminta ditempatkan di suatu tempat yang tertentu. Apabila baginda sampai kepada sesuatu tempat, di situlah baginda duduk sehingga selesai majelis itu dan baginda menyuruh membuat seperti itu. Bila berhadapan dengan orang ramai diberikan pandangannya kepada semua orang dengan sama rata, sehingga orang-orang yang berada di majelisnya itu merasa tiada seorang pun yang diberikan penghormatan lebih darinya. Bila ada orang yang datang kepadanya kerana sesuatu keperluan, atau sesuatu masliahat, baginda terus melayaninya dengan penuh kesabaran hinggalah orang itu bangun dan kembali.
Baginda tidak pernah menghampakan orang yang meminta daripadanya sesuatu keperluan, jika ada diberikan kepadanya, dan jika tidak ada dijawabnya dengan kata-kata yang tidak mengecewakan hatinya. Budipekertinya sangat baik, dan perilakunya sungguh bijak. Baginda dianggap semua orang seperti ayah, dan mereka dipandang di sisinya semuanya sama dalam hal kebenaran, tidak berat sebelah. Majelisnya semuanya ramah-tamah, segan-silu, sabar menunggu, amanah, tidak pemah terdengar suara yang tinggi, tidak dibuat padanya segala yang dilarangi, tidak disebut yang jijik dan buruk, semua orang sama kecuali dengan kelebihan taqwa, semuanya merendah diri, yang tua dihormati yang muda, dan yang muda dirahmati yang tua, yang perlu selalu diutamakan, yang asing selalu didahulukan.
Berkata Al-Hasan ra. lagi: Saya pun lalu menanyakan tentang kelakuan Rasulullah SAW pada orang-orang yang selalu duduk-duduk bersama-sama dengannya? Jawabnya: Adalah Rasulullah SAW selalu periang orangnya, pekertinya mudah dilayan, seialu berlemah-lembut, tidak keras atau bengis, tidak kasar atau suka berteriak-teriak, kata-katanya tidak kotor, tidak banyak bergurau atau beromong kosong segera melupakan apa yang tiada disukainya, tidak pernah mengecewakan orang yang berharap kepadanya, tidak suka menjadikan orang berputus asa. Sangat jelas dalam perilakunya tiga perkara yang berikut. Baginda tidak suka mencela orang dan memburukkannya. Baginda tidak suka mencari-cari keaiban orang dan tidak berbicara mengenai seseorang kecuali yang mendatangkan faedah dan menghasilkan pahala.
Apabila baginda berbicara, semua orang yang berada dalam majelisnya memperhatikannya dengan tekun seolah-olah burung sedang tertengger di atas kepala mereka. Bila baginda berhenti berbicara, mereka baru mula berbicara, dan bila dia berbicara pula, semua mereka berdiam seribu basa. Mereka tidak pernah bertengkar di hadapannya. Baginda tertawa bila dilihatnya mereka tertawa, dan baginda merasa takjub bila mereka merasa takjub. Baginda selalu bersabar bila didatangi orang badwi yang seringkali bersifat kasar dan suka mendesak ketika meminta sesuatu daripadanya tanpa mahu mengalah atau menunggu, sehingga terkadang para sahabatnya merasa jengkel dan kurang senang, tetapi baginda tetap menyabarkan mereka dengan berkata: "Jika kamu dapati seseorang yang perlu datang, hendaklah kamu menolongnya dan jangan menghardiknya!". Baginda juga tidak mengharapkan pujian daripada siapa yang ditolongnya, dan kalau mereka mau memujinya pun, baginda tidak menggalakkan untuk berbuat begitu. Baginda tidak pernah memotong bicara sesiapa pun sehingga orang itu habis berbicara, lalu barulah baginda berbicara, atau baginda menjauh dari tempat itu.
DIAMNYA NABI
Berkata Al-Hasan r.a. lagi: Saya pun menanyakan pula tentang diamnya, bagaimana pula keadaannya? Jawabnya: Diam Rasulullah SAW bergantung kepada mempertimbangkan empat hal, yaitu: Kerana adab sopan santun, kerana berhati-hati, kerana mempertimbangkan sesuatu di antara manusia, dan kerana bertafakkur. Adapun sebab pertimbangannya ialah kerana persamaannya dalam pandangan dan pendengaran di antara manusia. Adapun tentang tafakkurnya ialah pada apa yang kekal dan yang binasa. Dan terkumpul pula dalam peribadinya sifat-sifat kesantunan dan kesabaran. Tidak ada sesuatu yang boleh menyebabkan dia menjadi marah, ataupun menjadikannya membenci. Dan terkumpul dalam peribadinya sifat berhati-hati dalam empat perkara, iaitu: Suka membuat yang baik-baik dan melaksanakannya untuk kepentingan ummat dalam hal-ehwal mereka yang berkaitan dengan dunia mahupun akhirat, agar dapat dicontohi oleh yang lain. Baginda meninggalkan yang buruk, agar dijauhi dan tidak dibuat oleh yang lain. Bersungguh-sungguh mencari jalan yang baik untuk maslahat ummatnya, dan melakukan apa yang dapat mendatangkan manfaat buat ummatnya, baik buat dunia ataupun buat akhirat.
Telah dikeluarkan oleh Ya'kub bin Sufyan Al-Faswi dari Al-Hasan bin Ali ra. katanya: Pernah aku menanyai pamanku (dari sebelah ibu) Hind bin Abu Halah, dan aku tahu baginda memang sangat pandai mensifatkan perilaku Rasulullah SAW, padahal aku ingin sekali untuk disifatkan kepadaku sesuatu dari sifat beliau yang dapat aku mencontohinya, maka dia berkata:
Adalah Rasulullah SAW itu seorang yang agung yang senantiasa diagungkan, wajahnya berseri-seri layak bulan di malam purnamanya, tingginya cukup tidak terialu ketara, juga tidak terlalu pendek, dadanya bidang, rambutnya selalu rapi antara lurus dan bergelombang, dan memanjang hingga ke tepi telinganya, lebat, warnanya hitam, dahinya luas, alisnya lentik halus terpisah di antara keduanya, yang bila baginda marah kelihatannya seperti bercantum, hidungnya mancung, kelihatan memancar cahaya ke atasnya, janggutnya lebat, kedua belah matanya hitam, kedua pipinya lembut dan halus, mulutnya tebal, giginya putih bersih dan jarang-jarang, di dadanya tumbuh bulu-bulu yang halus, tengkuknya memanjang, berbentuk sederhana, berbadan besar lagi tegap, rata antara perutnya dan dadanya, luas dadanya, lebar antara kedua bahunya, tulang belakangnya besar, kulitnya bersih, antara dadanya dan pusatnya dipenuhi oleh bulu-bulu yang halus, pada kedua teteknya dan perutnya bersih dari bulu, sedang pada kedua lengannya dan bahunya dan di atas dadanya berbulu pula, lengannya panjang, telapak tangannya lebar, halus tulangnya, jari telapak kedua tangan dan kakinya tebal berisi daging, panjang ujung jarinya, rongga telapak kakinya tidak menyentuh tanah apabila baginda berjalan, dan telapak kakinya lembut serta licin tidak ada lipatan, tinggi seolah-olah air sedang memancar daripadanya, bila diangkat kakinya diangkatnya dengan lembut (tidak seperti jalannya orang menyombongkan diri), melangkah satu-satu dan perlahan-lahan, langkahnya panjang-panjang seperti orang yang melangkah atas jurang, bila menoleh dengan semua badannya, pandangannya sering ke bumi, kelihatan baginda lebih banyak melihat ke arah bumi daripada melihat ke atas langit, jarang baginda memerhatikan sesuatu dengan terlalu lama, selalu berjalan beriringan dengan sahabat-sahabatnya, selalu memulakan salam kepada siapa yang ditemuinya.
KEBIASAAN NABI
Kataku pula: Sifatkanlah kepadaku mengenai kebiasaannya!Jawab pamanku: Adalah Rasulullah SAW itu kelihatannya seperti orang yang selalu bersedih, senantiasa banyak berfikir, tidak pernah beristirshat panjang, tidak berbicara bila tidak ada keperluan, banyak diamnya, memulakan bicara dan menghabiskannya dengan sepenuh mulutnva, kata-katanya penuh mutiara mauti manikam, satu-satu kalimatnya, tidak berlebih-lebihan atau berkurang-kurangan, lemah lembut tidak terlalu kasar atau menghina diri, senantiasa membesarkan nikmat walaupun kecil, tidak pernah mencela nikmat apa pun atau terlalu memujinya, tiada seorang dapat meredakan marahnya, apabila sesuatu dari kebenaran dihinakan sehingga dia dapat membelanya.
Dalam riwayat lain, dikatakan bahwa baginda menjadi marah kerana sesuatu urusan dunia atau apa-apa yang bertalian dengannya, tetapi apabila baginda melihat kebenaran itu dihinakan, tiada seorang yang dapat melebihi marahnya, sehingga baginda dapat membela kerananya. Baginda tidak pernah marah untuk dirinya, atau membela sesuatu untuk kepentingan dirinya, bila mengisyarat diisyaratkan dengan semua telapak tangannya, dan bila baginda merasa takjub dibalikkan telapak tangannya, dan bila berbicara dikumpulkan tangannya dengan menumpukan telapak tangannya yang kanan pada ibu jari tangan kirinya, dan bila baginda marah baginda terus berpaling dari arah yang menyebabkan ia marah, dan bila baginda gembira dipejamkan matanya, kebanyakan ketawanya ialah dengan tersenyum, dan bila baginda ketawa, baginda ketawa seperti embun yang dingin.
Berkata Al-Hasan lagi: Semua sifat-sifat ini aku simpan dalam diriku lama juga. Kemudian aku berbicara mengenainya kepada Al-Husain bin Ali, dan aku dapati ianya sudah terlebih dahulu menanyakan pamanku tentang apa yang aku tanyakan itu. Dan dia juga telah menanyakan ayahku (Ali bin Abu Thalib ra.) tentang cara keluar baginda dan masuk baginda, tentang cara duduknya, malah tentang segala sesuatu mengenai Rasulullah SAW itu.
RUMAH NABI
Berkata Al-Hasan ra. lagi: Aku juga pernah menanyakan ayahku tentang masuknya Rasulullah SAW lalu dia menjawab: Masuknya ke dalam rumahnya bila sudah diizinkan khusus baginya, dan apabila baginda berada di dalam rumahnya dibagikan masanya tiga bagian. Satu bagian khusus untuk Allah ta'ala, satu bagian untuk isteri-isterinya, dan satu bagian lagi untuk dirinya sendiri. Kemudian dijadikan bagian untuk dirinya itu terpenuh dengan urusan di antaranya dengan manusia, dihabiskan waktunya itu untuk melayani semua orang yang awam maupun yang khusus, tiada seorang pun dibedakan dari yang lain.
Di antara tabiatnya ketika melayani ummat, baginda selalu memberikan perhatiannya kepada orang-orang yang terutama untuk dididiknya, dilayani mereka menurut kelebihan diri masing-masing dalam agama. Ada yang keperluannya satu ada yang dua, dan ada yang lebih dari itu, maka baginda akan duduk dengan mereka dan melayani semua urusan mereka yang berkaitan dengan diri mereka sendiri dan kepentingan ummat secara umum, coba menunjuki mereka apa yang perlu dan memberitahu mereka apa yang patut dilakukan untuk kepentingan semua orang dengan mengingatkan pula: "Hendaklah siapa yang hadir menyampaikan kepada siapa yang tidak hadir. Jangan lupa menyampaikan kepadaku keperluan orang yang tidak dapat menyampaikannya sendiri, sebab sesiapa yang menyampaikan keperluan orang yang tidak dapat menyampaikan keperluannya sendiri kepada seorang penguasa, niscaya Allah SWT akan menetapkan kedua tumitnya di hari kiamat", tiada disebutkan di situ hanya hal-hal yang seumpama itu saja.
Baginda tidak menerima dari bicara yang lain kecuali sesuatu untuk maslahat ummatnya. Mereka datang kepadanya sebagai orang-orang yang berziarah, namun mereka tiada meninggalkan tempat melainkan dengan berisi. Dalam riwayat lain mereka tiada berpisah melainkan sesudah mengumpul banyak faedah, dan mereka keluar dari majelisnya sebagai orang yang ahli dalam hal-ihwal agamanya.
LUARAN NABI
Berkata Al-Hasan r.a. lagi: Kemudian saya bertanya tentang keadaannya di luar, dan apa yang dibuatnya? Jawabnya: Adalah Rasulullah SAW ketika di luar, senantiasa mengunci lidahnya, kecuali jika memang ada kepentingan untuk ummatnya. Baginda selalu beramah-tamah kepada mereka, dan tidak kasar dalam bicaranya. Baginda senantiasa memuliakan ketua setiap suku dan kaum dan meletakkan masing-masing di tempatnya yang layak. Kadang-kadang baginda mengingatkan orang ramai, tetapi baginda senantiasa menjaga hati mereka agar tidak dinampakkan pada mereka selain mukanya yang manis dan akhlaknya yang mulia. Baginda selalu menanyakan sahabat-sahabatnya bila mereka tidak datang, dan selalu bertanyakan berita orang ramai dan apa yang ditanggunginya. Mana yang baik dipuji dan dianjurkan, dan mana yang buruk dicela dan dicegahkan.
Baginda senantiasa bersikap pertengahan dalam segala perkara, tidak banyak membantah, tidak pernah lalai supaya mereka juga tidak suka lalai atau menyeleweng, semua perkaranya baik dan terjaga, tidak pernah meremehkan atau menyeleweng dari kebenaran, orang-orang yang senantiasa mendampinginya ialah orang-orang paling baik kelakuannya, yang dipandang utama di sampingnya, yang paling banyak dapat memberi nasihat, yang paling tinggi kedudukannya, yang paling bersedia untuk berkorban dan membantu dalam apa keadaan sekalipun.
MAJLIS NABI
Berkata Al-Hasan ra. lagi: Saya lalu bertanya pula tentang majelis Nabi SAW dan bagaimana caranya ? Jawabnya: Bahwa Rasulullah SAW tidak duduk dalam sesuatu majelis, atau bangun daripadanya, melainkan baginda berzikir kepada Allah SWT baginda tidak pernah memilih tempat yang tertentu, dan melarang orang meminta ditempatkan di suatu tempat yang tertentu. Apabila baginda sampai kepada sesuatu tempat, di situlah baginda duduk sehingga selesai majelis itu dan baginda menyuruh membuat seperti itu. Bila berhadapan dengan orang ramai diberikan pandangannya kepada semua orang dengan sama rata, sehingga orang-orang yang berada di majelisnya itu merasa tiada seorang pun yang diberikan penghormatan lebih darinya. Bila ada orang yang datang kepadanya kerana sesuatu keperluan, atau sesuatu masliahat, baginda terus melayaninya dengan penuh kesabaran hinggalah orang itu bangun dan kembali.
Baginda tidak pernah menghampakan orang yang meminta daripadanya sesuatu keperluan, jika ada diberikan kepadanya, dan jika tidak ada dijawabnya dengan kata-kata yang tidak mengecewakan hatinya. Budipekertinya sangat baik, dan perilakunya sungguh bijak. Baginda dianggap semua orang seperti ayah, dan mereka dipandang di sisinya semuanya sama dalam hal kebenaran, tidak berat sebelah. Majelisnya semuanya ramah-tamah, segan-silu, sabar menunggu, amanah, tidak pemah terdengar suara yang tinggi, tidak dibuat padanya segala yang dilarangi, tidak disebut yang jijik dan buruk, semua orang sama kecuali dengan kelebihan taqwa, semuanya merendah diri, yang tua dihormati yang muda, dan yang muda dirahmati yang tua, yang perlu selalu diutamakan, yang asing selalu didahulukan.
Berkata Al-Hasan ra. lagi: Saya pun lalu menanyakan tentang kelakuan Rasulullah SAW pada orang-orang yang selalu duduk-duduk bersama-sama dengannya? Jawabnya: Adalah Rasulullah SAW selalu periang orangnya, pekertinya mudah dilayan, seialu berlemah-lembut, tidak keras atau bengis, tidak kasar atau suka berteriak-teriak, kata-katanya tidak kotor, tidak banyak bergurau atau beromong kosong segera melupakan apa yang tiada disukainya, tidak pernah mengecewakan orang yang berharap kepadanya, tidak suka menjadikan orang berputus asa. Sangat jelas dalam perilakunya tiga perkara yang berikut. Baginda tidak suka mencela orang dan memburukkannya. Baginda tidak suka mencari-cari keaiban orang dan tidak berbicara mengenai seseorang kecuali yang mendatangkan faedah dan menghasilkan pahala.
Apabila baginda berbicara, semua orang yang berada dalam majelisnya memperhatikannya dengan tekun seolah-olah burung sedang tertengger di atas kepala mereka. Bila baginda berhenti berbicara, mereka baru mula berbicara, dan bila dia berbicara pula, semua mereka berdiam seribu basa. Mereka tidak pernah bertengkar di hadapannya. Baginda tertawa bila dilihatnya mereka tertawa, dan baginda merasa takjub bila mereka merasa takjub. Baginda selalu bersabar bila didatangi orang badwi yang seringkali bersifat kasar dan suka mendesak ketika meminta sesuatu daripadanya tanpa mahu mengalah atau menunggu, sehingga terkadang para sahabatnya merasa jengkel dan kurang senang, tetapi baginda tetap menyabarkan mereka dengan berkata: "Jika kamu dapati seseorang yang perlu datang, hendaklah kamu menolongnya dan jangan menghardiknya!". Baginda juga tidak mengharapkan pujian daripada siapa yang ditolongnya, dan kalau mereka mau memujinya pun, baginda tidak menggalakkan untuk berbuat begitu. Baginda tidak pernah memotong bicara sesiapa pun sehingga orang itu habis berbicara, lalu barulah baginda berbicara, atau baginda menjauh dari tempat itu.
DIAMNYA NABI
Berkata Al-Hasan r.a. lagi: Saya pun menanyakan pula tentang diamnya, bagaimana pula keadaannya? Jawabnya: Diam Rasulullah SAW bergantung kepada mempertimbangkan empat hal, yaitu: Kerana adab sopan santun, kerana berhati-hati, kerana mempertimbangkan sesuatu di antara manusia, dan kerana bertafakkur. Adapun sebab pertimbangannya ialah kerana persamaannya dalam pandangan dan pendengaran di antara manusia. Adapun tentang tafakkurnya ialah pada apa yang kekal dan yang binasa. Dan terkumpul pula dalam peribadinya sifat-sifat kesantunan dan kesabaran. Tidak ada sesuatu yang boleh menyebabkan dia menjadi marah, ataupun menjadikannya membenci. Dan terkumpul dalam peribadinya sifat berhati-hati dalam empat perkara, iaitu: Suka membuat yang baik-baik dan melaksanakannya untuk kepentingan ummat dalam hal-ehwal mereka yang berkaitan dengan dunia mahupun akhirat, agar dapat dicontohi oleh yang lain. Baginda meninggalkan yang buruk, agar dijauhi dan tidak dibuat oleh yang lain. Bersungguh-sungguh mencari jalan yang baik untuk maslahat ummatnya, dan melakukan apa yang dapat mendatangkan manfaat buat ummatnya, baik buat dunia ataupun buat akhirat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar